Skip to main content

Sejarah Desa Cipete Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas

Asal Usul Nama Cipete
Cipete sebagai sebuah nama desa dimana Asy-Syaikh Abdul Shomad Jombor tinggal menetap memiliki sejarah penamaan yang cukup menarik. Ada dua versi seputar cerita asal usul nama Cipete, yang pertama mengatakan bahwa dahulu kala wilayah yang sekarang merupakan Desa Cipete menjadi perebutan antara Kawedanan Karang Lewas (Pasir Luhur) dengan Kawedanan Ajibarang. Tarik menarik antara dua kekuasaan tersebut kemudian dipecahkan dengan sebuah kesepakatan bahwa wilayah yang sesungguhnya sempit atau dalam bahasa lokal “Cupet” menjadi wilayah tersendiri, bukan wilayah Kawedanan Ajibarang maupun Karang Lewas (Pasir Luhur). “Panggonan Kaya Kiye Cupete Kok Digawe Rageg”. (Wilayah yang segini sempitnya kenapa menjadi keributan), demikian ungkapan para tokoh Jombor ketika itu. Dari kata “Cupete” tersebut kemudian lama kelamaan menjadi Cipete yang pada akhirnya menjadi nama Desa yaitu Desa Cipete.

Versi kedua mengatakan bahwa kata Cipete berasal dari kata dalam bahasa Sunda. Kalau melihat sejarah bahwa Asy-Syaikh Abdul Shomad Jombor sebagai salah satu tokoh utama pembangunan Desa Cipete pada masa awal, beliau lama tinggal di Cirebon dan Sunda Kelapa, di samping hal tersebut, menantu- menantu beliau juga kebanyakan asli dari Cirebon yang notabennya wilayah Sunda, maka tidak heran kalau wilayah Desa Cipete juga terpengaruh oleh tradisi Sunda. Menurut sebuah penelitian, daerah Banyumas bagian barat (pembagian ini berdasarkan batas Kali Mengaji dan Kali Logawa) kemungkinan besar memang banyak dipengaruhi oleh budaya Sunda atau Kerajaan Galuh Pakukuan atau Padjajaran, sebagai bukti adalah nama-nama desa yang menggunakan prefiks Sunda; ci seperti Cilongok, Cikawung, Cipete, Citomo, Ciberung dan lainnya.[1]

Gambar tersebut merupakan gapura masuk Desa Cipete, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas dimana Syekh Abdul Shomad Jombor menetap dan dimakamkan. Nampak jalan utama desa begitu begitu bersih dan asri dengan rindangnya pohon kelapa yang berjejer rapi.

Sejarah Sumber Ekonomi di Desa Cipete
Salah satu sumber ekonomi pertama kali di desa Cipete yaitu salah satunya terdapat pasar, yaitu pasar Cipete. Pasar tersebut letaknya sebelum lapangan desa Cipete yaitu lebih tepatnya di perempatan Cipete ke selatan kurang lebih sekitar 200 meter. Lokasi pasar tersebut bisa dibilang cukup strategis karena letaknya yang tidak jauh dari perempatan desa Cipete.

"Pasar desa Cipete itu ya kira-kira dibangun pada tahun 1980-an. Pasar itu dibangun di atas tanah milik Alm. Tasroni yang rumahnya bersebelahan dengan pasar tersebut. Pasar itu dibangun karena banyaknya keluhan masyarakat desa, karena kalau mau membeli sesuatu itu jauh harus ke pasar yang ada di kecamatan. Kalau ada orang yang mau berjualan di pasar tersebut ya tinggal menyewa tempat kepada pemilik tanah tersebut".[2]

Dari hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasar Cipete pertama kali dibangun pada sekitar tahun 1980an. Pasar tersebut dibangun di atas tanah milik Alm. Tasroni yang rumahnya bersebelahan dengan pasar tersebut. Pasar tersebut dibangun karena adanya keluhan yang terjadi pada masyarakat yang sering mengeluhkan susahnya berbelanja di pasar karena jauh dari pemukiman masyarakat desa Cipete.

           Pasar Cipete ini merupakan pasar dengan kegiatan yang memperjualbelikan aneka barang, yaitu berupa sayur mayur, terdapat toko-toko sembako, toko pakaian, toko makanan, dan yang paling mendominasi adalah adanya beberapa tengkulak/ pengepul gula. Karena rata-rata masyarakat di desaCipeteadalahberprofesisebagaipetanikelapa.


Gambar tersebut merupakan gambar pasar dari arah samping. Yang sekarang oleh pemiliknya menjadi tempat untuk pencucian sepeda motor dan pencucian mobil. Pasar tersebut buka pada setiap penanggalan jawa yaitu pada manis dan pon. Dan setiap penanggalan tersebut,  tempat cucian tersebut sekarang masih bisa digunakan untuk kegiatan jual-beli. Namun sekarang keadaan pasar tersebut tidaklah seramai seperti dulu, karena pada sekarang penjual- penjualnya tidaklah banyak seperti dulu.

  1. Miftahuddin, “Jejak-Jejak Perjalanan Dakwah Islam Asy-Syaikh Abdush Shomad Jombor” (Jombor: Kekuncenan Makam Asy-Syaikh Abdush Shomad Jombor, 2011), Hal 3-4.
  2. Wawancara dengan IbuDarsiwen, beliau merupakan salah satu warga desa Cipete, pada 17 Maret 2019, di Rumah Ibu Darsiwen, pukul 19:34.

Comments

Popular posts from this blog

Mengenal Pasukan Inti Pagar Nusa

Di antara sayap juang Nahdlatul Ulama, masyarakat banyak yang belum familiar dengan PASTI. Patut diketahui, PASTI merupakan underbouw Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa di ranah publik. Artinya, PASTI merupakan kader inti Pagar Nusa yang berperan mengawal visi misi, tokoh dan perjuangan Nahdlatul Ulama.